Rabu, 27 Juli 2016

Lebaran di kampung memang mengasyikkan. Perantau pulang kampung untuk merayakan lebaran bersama. Salah satu acara kami saat pulang lebaran 2016.


Mo asaom lauak di ompang tobek




Minggu, 27 Februari 2011

Sikap Optimistis Tingkatkan Sistem Imun

Tugas dari sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah mencegah masuknya mikroorganisme pembawa penyakit ke dalam tubuh dan membasminya apabila sampai ada yang masuk. Sebuah studi menunjukkan, sikap optimistis akan meningkatkan kemampuan sistem imun tubuh kita.

Kendati hasil studi yang dilakukan sejumlah ahli dari University of Kentucky, Amerika Serikat, ini tidak menunjukkan secara langsung bagaimana cara pandang positif membuat kita lebih sehat, tetapi menguatkan studi sebelumnya yang menemukan kaitan antara penyakit dan sikap seseorang.

Sebelumnya, para ahli telah mengetahui bahwa sistem imun setiap orang bisa terpengaruh oleh sikapnya. Dan, saat seseorang dipengaruhi rasa optimistis, sistem imun dalam tubuhnya akan semakin kuat.

Sejak 2001 hingga 2005, Profesor Suzanne C Segerstrom, ahli psikologi dari University of Kentucky, bersama dengan timnya melakukan survei kepada 124 mahasiswa jurusan hukum di tingkat pertama. Para responden diminta menjawab pertanyaan tentang level optimisme mereka akan berhasil di jurusan tersebut.

Para responden juga diberi suntikan antigen yang akan membuat sistem imun bereaksi berupa benjolan kecil di kulit. Makin besar benjolan, makin kuat reaksi sistem imun. Para peneliti menemukan bahwa respons sistem imun lebih kuat pada mahasiswa yang punya optimisme kuat. Sebaliknya, sistem imun melemah pada mereka yang cenderung punya sifat pesimistis.

"Ketika seseorang merasa lebih optimistis, mereka juga merasa lebih bahagia, gembira, dan faktor tersebut berkait dengan meningkatnya imunitas," kata Segerstrom.

Meski demikian, Segerstrom mengingatkan bahwa efek optimisme pada sistem imun mungkin terbatas, mengingat ada banyak faktor yang menyebabkan fluktuasi daya tahan tubuh manusia.

Minggu, 01 Agustus 2010

Golden Lion Film Festival kicks off in southern Turkey

The beautiful Mediterranean town Köyceğiz once again will host its Kaunos Golden Lion Film Festival, with contemporary hits and classics from Turkish cinema. The festival will open with director Şahin Gök’s take on the 1980 coup, ‘Son Cellat’ (The Last Hangman), and close with Zülfü Livaneli’s Atatürk biopic, ‘Veda’ (Farewell)



Air-conditioned movie theaters are the last refuge of city dwellers waiting anxiously for their summer holiday – but what about those traveling in the Mediterranean?

The beautiful town of Köyceğiz is home to the Kaunos Golden Lion Film Festival for the fifth time this year. If you happen to be close to this breath-taking town, here’s your chance to catch some of last year’s award-winning and box-office hits from Turkish cinema, as well as a selection of documentaries, short films and some old classics from Turkish cinema. The festival kicks off Saturday and runs until Aug. 6.

Organized by the Ministry of Tourism and Culture, Köyceğiz Municipality, State Television and Radio Institution, or TRT, and the Intercultural Cooperation and Dialogue Association, the festival will continue to host acclaimed names from Turkish cinema.

This year’s Kaunos Golden Lion Film Festival will honor legendary actress Selda Alkor, actors Engin Çağlar and Yılmaz Köksal, as well as director Şahin Gök. Alkor, Çağlar and Köksal are veterans of Turkish cinema, with careers going back half a century.

The festival will screen examples from classic Turkish cinema with the three names in the leading roles of films like “Öksüz” (The Orphan), “Dostum Dostum” (My Friend) and “O Kadınlardan Biri” (One of the Women), and host an exhibition of posters of the films of these three actors. The posters are from the archives of the famous cinema historian and collector, Vadullah Taş.

“Son Cellat” (The Last Hangman) will be the opening film of the festival, with the director Gök being one of the honorary guests. Once a subject of ultimate taboo, the 1980 coup and the subsequent military regime have become fixtures in Turkish cinema. Ironically, director Gök’s movie career goes back to 1980, the very same year Turkey woke to military tanks. “Son Cellat” stars one of Turkey’s oldest actors, Kadir İnanır, in an against-the-grain role as the public prosecutor who finds himself in prison following his son’s death in the political turmoil of the time. The film plays out like the Turkish “The Shawshank Redemption,” focusing on the unusual friendship between the public prosecutor and the hapless villager who’s forced to become an executioner in exchange for the dropping of his charges.

Winners from Yerevan and Rotterdam

One of the highlights of the festival will be “Kosmos,” the recent winner of the Golden Apricot in Yerevan. Director Reha Erdem’s surreal drama follows Kosmos, a larger-than-life character who impresses and confuses a small town with his small miracles, his weird lifestyle, and his uncanny athletic abilities. The film also won four awards in the recent Golden Oranges, including Best Picture, Director and Cinematography.

Newcomer Turkish director İlksen Başarır’s unique take on a love story, “Başka Dilde Aşk” (Love in Another Language) had wowed the audience and critics in the recent Golden Oranges and Bursa’s Silk Road Film Festival. Mert Fırat (a co-writer for the film along with Başarır) stars as Onur, a young deaf man who finds himself in a sweeping romance with Zeynep (Saadet Işıl Aksoy of “Yumurta/Egg” and “Süt/Milk”), a woman working in a call center. Fırat’s performance, the chemistry between the leading actors, and Hayk Kirakosyan’s cinematography were among the highlights from the critics.

Mahmut Fazıl Coşkun’s debut film “Uzak İhtimal” (Wrong Rosary) was the first Turkish film to compete in and the winner of last year’s Tiger Award given to the Best Film in the Rotterdam Film Festival, What’s more impressive is that the film was the first Turkish film to compete at the festival. The film tells the moving story of a love between a müezzin (caller of daily prayer for Muslims), and a prospective nun, and their friendship with an elderly bookseller in Istanbul.

The closing film, “Veda” (Farewell) marks revered writer, director, composer, and singer of international caliber, Zülfü Livaneli’s returns to director’s chair nearly two decades after his “Sis” (Mist). His name was in the credits in 2007’s “Mutluluk” (Bliss) as he was the writer of the original novel, wrote the script for the adaptation and had composed the score. Here, he writes and directs the inspiring friendship between Atatürk and his childhood friend, confidante, and brother-in-arms, Salih Bozok. Atatürk is played by four different actors, portraying the greatest hero of modern Turkey in different ages. Check Koycegizfilmfest.org for more information and the program.

Rabu, 28 April 2010

Busana Minim Bikin Gempa Bumi?

Ini bukan masalah takhayul atau pornografi. Senin (26/4) lalu, banyak wanita memajang belahan dadanya di Facebook. Lhaa.. apa hubungannya? Para perempuan yang dermawan itu hanya ingin membuktikan salah seorang ucapan ulama Iran yang memberitakan bahwa mempertontonkan aurat itu bisa menyebabkan gempa bumi.

Lebih dari 55.000 orang memberikan dukungan resmi yang disebut sebagai "Boobquake". Tak luput, laman milik Jennifer McCreight, yang mengaku sebagai feminis atheis sejati itu rela menyumbangkan foto dadanya. Dia mempelopori pameran gunung kembar itu.

McCreight, yang tinggal di negara bagian Indiana, menggunakan jaringan sosial terkemuka di dunia dan layanan microblogging Twitter untuk mendapatkan dukungan dari perempuan di seluruh dunia untuk menguji pernyataan ulama tersebut.

"Banyak wanita yang tidak berpakaian sopan .. memimpin orang muda sesat, merusak kesucian mereka dan perzinahan tersebar di masyarakat, yang (akibatnya) gempa bumi meningkat," papar Kazem Sedighi pekan lalu, yang dikutip media Iran.

Untuk membuktikan wasiat dari ulama saleh dari Iran itu, maka dimulailah pameran payudara di jagad maya. McCreight, mahasiswa senior di jurusan genetika, memilih blus titillating merah dipotong rendah dengan tali string untuk hari itu, dia unggah foto dirinya di blognya, blaghag.com.

"Saya mendorong peempuan skeptis lainnya untuk bergabung dengan saya dan merangkul kekuatan supranatural dari payudara mereka," kata McCreight pada halaman Facebook Boobquake. "Atau celana pendek, kalau itu menjadi bentuk ketidaksopanan pilihan anda."
Kata-kata ulama itu telah didukung oleh Menteri Kesejahteraan dan Jaminan Sosial Shadiq Mahsooli, yang mengatakan doa dan permohonan untuk pengampunan adalah "formula terbaik untuk mengusir gempa bumi."
"Kita tidak bisa menciptakan sistem yang mencegah gempa bumi, tetapi Allah telah menciptakan sistem ini dan itu adalah untuk menghindari dosa, untuk berdoa, untuk mencari pengampunan, membayar zakat dan pengorbanan diri," kata Mahsooli.
Tak disangka-sangka, gempa bekekuatan 6,5 Skala Richter terjadi di Taiwan sampai terasa ke Filipina, Senin siang, kemarin. Apakah ini akibat aksi "Boobquake"? Hemmm...

Demi Menyerupai Mantan Istri Suami Nekat Bedah Plastik


Jika banyak wanita melakukan bedah plastik demi memiliki wajah cantik selebriti dunia, tidak bagi seorang wanita asal China. Lantaran takut kehilangan pujaan hati, ia nekat melakukan operasi plastik meniru wajah mantan istri suaminya yang telah meninggal.
Wanita yang disembunyikan identitasnya itu mengajukan bedah plastik pada 2007 silam, sesaat sebelum pernikahannya. "Hati saya berkecamuk. Di satu sisi saya ingin menjadi diri saya sendiri, tapi di sisi lain saya tak ingin kehilangan pernikahan ini. Semoga operasi ini tak membuat saya tampak bodoh," ujarnya.
Adalah sang suami, Zhao Gang, 37, yang mengajukan syarat itu. Ia bersedia menikah asal wanita itu melakukan 'permak' wajah menyerupai mantan istrinya yang meninggal akibat kecelakaan mobil. "Ini memang tak adil, tapi dia setuju, dan sebagai gantinya saya akan mencintainya dengan sepenuh hati," ujarnya.
Direktur unit bedah plastik People’s Hospital di Chongqing, Dr. Zhang Lianfeng, mengingatkan para pasien bedah plastik agar tak melakukan perubahan penampilan hanya demi menyenangkan pasangannya.
Ia sangat sedih jika ada seseorang yang melakukan bedah plastik lantaran tekanan orang lain. Itu sangat menyiksa piskologis. "Saya katakan operasi plastik tak bisa diandalkan untuk kebahagiaan rumah tangga karena hanya mengubah penampilan fisik, apalagi tak ada operasi plastik yang bisa membuat dua orang menjadi kembar identik," ujarnya.

Senin, 29 Maret 2010

Waspadai Buang Air Besar Tidak Normal


Kebanyakan orang tidak menyadari gejala-gejala awal kanker kolorektal (kanker usus besar). Padahal tanda-tanda itu bisa dilihat dari kebiasaan buang air besar yang tidak normal.

Diare atau sembelit biasanya hanya dianggap sebagai efek dari salah makan yang bila diobati dengan obat pencahar akan segera sembuh. Begitu juga feses atau kotoran yang berdarah sering diduga hanya ambein saja.

Kanker usus besar atau kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar atau rektum. Kanker kolorektal merupakan jenis penyakit ganas yang paling dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat.

Dr dr Andhika Rachman, SpPD menjelaskan gejala-gejala kanker kolorektal pada stadium dini sering diabaikan. Sehingga bila si pasien sudah merasa sakit dan dibawa ke rumah sakit, kanker kolorektal sudah mencapai stadium lanjut yang sulit untuk disembuhkan.

"Kebanyakan orang tidak menyadari gejala-gejala awal kanker kolorektal," kata Dr dr Andhika Rachman, SpPD, dokter ahli kanker dalam acara seminar Penatalaksanaan Kanker Kolorektal di Indonesia, di RS Kanker Dharmais, Jakarta, Senin (29/3/2010).

Kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip.

Polip dapat diangkat dengan mudah namun seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama, dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.

Gejala-gejala kanker besar yang sering dianggap biasa antara lain:

1. Perubahan kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi dan konsistensi buang air besar (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas
2. Pendarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar
3. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
4. Rasa sakit di perut atau bagian belakang
5. Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar
6. Anemia dan tampak pucat
7. Kadang-kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa gejala seperti kesakitan, sembelit, sulit buang air besar dan rasa kembung di perut.


"Sebaiknya Anda melihat keadaan feses setiap kali buang air besar, karena hal ini dapat mendeteksi dini adanya gejala kanker kolorektal," kata dokter yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo ini.

Menurutnya, kanker kolorektal masih besar kemungkinan sembuh bila masih berada di stadium awal. Stadium I kemungkinan sembuh 85-95 persen, stadium II 60-80 persen, stadium III 30-60 persen, dan hanya 5 persen saja kemungkinan sembuh untuk penderita stadium IV.

Pilihan pengobatan yang biasa dilakukan tergantung pada stadium, posisi dan ukuran tumor serta penyebarannya, yaitu:

1. Pembedahan atau operasi
Tindakan ini paling umum dilakukan untuk jenis kanker yang terlokalisir dan dapat diobati. Biasanya dilakukan pada pasien stadium awal.

2. Radioterapi atau radiasi
Tergantung pada letak dan ukuran tumor, radioterapi hanya digunakan untuk tumor pada rektum, sehingga mempermudah pengambilannya saat operasi. Radioterapi juga bisa diberikan setelah pembedahan untuk membersihkan sel kanker yang mungkin masih tersisa.

3. Kemoterapi
Salah satu pilihan kemoterapi yang banyak digunakan adalah Capecitabine, kemoterapi berbentuk tablet yang pertama di dunia. Capecitabine adalah tablet yang bekerja menyerang sel kanker saja tanpa menimbulkan ketidaknyamanan dan bahaya seperti pada kemoterapi infus konvensional.

4. Terapi Fokus Sasaran (Targeted Therapy)
Salah satu jenis terapi fokus sasaran adalah antibodi monoklomal. antibodi monoklomal dapat bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah untuk secara khusus menyerang sel kanker. Terapi ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan kemoterapi. Salah satu terapi antibodi monoklomal adalah Bevacizumab, yang bekerja dengan cara menghambat pasokan darah ke tumor sehingga menghambat pertumbuhan tumor, memperkecil ukuran tumor dan mematikannya.

Namun, sebelum usus besar terserang kanker, sebaiknya dilakukan pencegahan sedini mungkin. Pencegahan yang dilakukan antara lain:

1. Dengan pola makan yang baik, yaitu mengonsumsi makanan tingi serat dan tinggi protein, mengurangi konsumsi daging merah dan lemak jenuh yang berasal dari hewani, makanan berpengawet, penyedap (MSG), alkohol dan rokok. Perbanyak makan sayur dan buah, kecuali nangka, durian, nanas, acar (asam) karena makanan tersebut tidak baik untuk pencernaan.
2. Melakukan aktifitas fisik secara rutin dan olahraga
3. Menggunakan obat-obat chemoprevention seperti Aspirin dan golongan obat-obat anti-inflamasi nonsteroid.